Tanaman Hias, Penghapus Perbedaan & Pengikat Tali Silaturahmi

Indonesia adalah negara yang paling unik di dunia. Salah satu bentuk keunikannya yaitu keberagaman. Indonesia merupakan negara yang beragam. Cukup keluar dari rumah saja, maka kita pun akan langsung menemukan keberagaman tersebut. Inilah yang menjadi kelebihan dari negara kita yang tidak dimiliki oleh negara lain. Maka sudah sepatutnya kita bangga terhadap anugerah ini dan terus berupaya untuk melestarikan dan menjaga keutuhannya.

Keberagaman selalu hadir di setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan di daerah yang jarak lokasinya sangat berdekatan pun keberagaman itu ada dan nyata. Seperti cerita kehidupan kami ketika menjalani kehidupan di daerah baru. Jadi saya bersama keluarga kecil berpindah domisili dari Kendal ke Temanggung. Perlu Anda tahu, Kendal dan Temanggung merupakan kabupaten yang bertetangga. Letak Temanggung berada persis di sebelah selatan Kendal.

Persamaan utama antara Kendal dan Temanggung ialah mayoritas penduduknya sama-sama merupakan suku Jawa. Maklum saja sebab kedua daerah ini memang sama-sama berada di Provinsi Jawa Tengah, di mana suku Jawa banyak terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Namun Anda harus tahu, di antara suku Jawa di daerah yang satu dengan suku Jawa di daerah lainnya pun banyak mempunyai perbedaan. Termasuk Kendal dan Temanggung ini juga berbeda loh.

Bahasa yang Berbeda

Kalau Anda bukan orang Jawa, mungkin bakal mengira kalau bahasa Jawa itu sama saja di setiap daerah. Namun kenyataannya tidak begitu loh. Bahkan Kendal dan Temanggung juga memiliki bahasa Jawa yang berbeda. Bahasa Jawa di Kendal mirip seperti di Semarang dan Surakarta. Sedangkan bahasa Jawa di Temanggung serupa dengan daerah Purwokerto, Magelang, ataupun Wonosobo. Misalnya aku disebut inyong, kowe disebut rika, mangan disebut madang, dan masih banyak lagi. Tentunya perbedaan bahasa ini membuat kami tidak pede untuk bercengkerama dengan tetangga. Bahkan sering kali saat berkumpul pun kami cuma menjawab nggih (iya) saja padahal sebenarnya tidak mengerti apa yang dibicarakan.

Makanan yang Berbeda

Kendal merupakan daerah yang terletak di pesisir pantai sehingga hasil lautnya sangat melimpah. Beda dengan Temanggung yang berada di kawasan pegunungan, di mana bahan makanan yang melimpah di sini adalah sayuran, buah-buahan, dan daging hewan ternak. Pada saat hidup di Kendal, kami biasanya mengonsumsi ikan, kerang, udang, dan seafood lainnya sebagai lauk. Namun karena di Temanggung susah menemukan seafood, kalau ada pun harganya mahal, maka kami pun beralih memakan apa yang ada di sini. Bahkan istri dan anak saya pun mengaku baru pertama mencoba nasi jagung dan nasi tiwul di sini. Rasanya tentu sangat berbeda dengan nasi dari beras.

Ada satu cerita menarik mengenai perbedaan makanan antara Kendal dan Temanggung. Bagi orang yang sebelumnya hidup di Kendal, segala macam seafood sudah pernah kami coba. Tetapi ternyata seafood yang menurut pandangan kami tampak biasa-biasa saja serta merupakan bahan makanan yang paling lezat di dunia, berbeda pandangannya dengan orang yang tinggal di pegunungan loh. Setidaknya ini yang diakui oleh tetangga kami di Temanggung yang mengaku geli atau jijik terhadap kerang, cumi-cumi, sotong, maupun gurita. Jadi pernah kami membawakan oleh-oleh dari Kendal berupa cumi-cumi segar. Ternyata cumi-cumi tersebut malah dibuang sebab si tetangga ini tidak bisa memakannya. Ada-ada saja.

Ada lagi cerita menarik mengenai makanan yang berbeda antara Kendal dan Temanggung ini. Seperti warga masyarakat Indonesia yang lainnya, orang Kendal pun doyan banget dengan sambal. Sambal tak ubahnya seperti penyempurna hidangan makanan. Bahkan ada sambal khas Kendal yang bernama sambal uyek-uyek yang notabene merupakan sambal dadakan dari cabai, bawang putih, dan bawang merah segar. Namun masyarakat Temanggung justru lebih memilih jangan lombok (sayur cabai) untuk menyempurnakan hidangan makanan ketimbang sambal. Jangan lombok inilah yang menurut kami paling otentik dan ngangenin dari Kabupaten Temanggung.

Gaya Hidup yang Berbeda

Kabupaten Kendal dan Kabupaten Temanggung ternyata juga memiliki iklim kehidupan yang tidak sama. Hal ini mungkin disebabkan pula karena saat di Kendal, rumah kami berada di pusat keramaian dan area perkotaan. Sedangkan saat di Temanggung, kami tinggal di kawasan pedesaan yang bisa dibilang adalah daerah pelosok. Jadi makin terasa kental perbedaan gaya hidup antara keduanya. Satu hal menarik yang cuma bisa kami jumpai di Temanggung dan tak ada di Kendal yaitu masyarakatnya yang selalu memakai selimut dari kain sarung di sekujur tubuhnya saat pagi hari. Di sini juga orang-orang selalu berkumpul dan bercengkerama di depan tungku api yang membara. Indah dan damai sekali.

Adat Istiadat yang Berbeda

Kami langsung takjub terhadap adat istiadat yang kami temukan di Temanggung, terutama mengenai kesopanannya. Di Temanggung, semua orang begitu ramah dan sopan. Selalu menyapa ketika seseorang bertemu dengan orang lainnya. Walaupun begitu, pada awalnya kami juga kaget terhadap kebiasaan tersebut. Apalagi sebagai pendatang, tidak banyak orang yang kami kenal sebelumnya. Namun selalu saja, setiap berpapasan dengan orang lain pasti mereka langsung tersenyum serta menyapa kami apa pun. Adat lainnya yang menarik yaitu saat bertamu, di mana ketika bertamu ke rumah seseorang pasti diajak untuk makan bersama. Mau tak mau ajakan ini harus diterima karena jika menolak dianggap tidak sopan dan tidak menghargai si tuan rumah.

Kondisi Cuaca yang Berbeda

Perbedaan lainnya antara Kendal dan Temanggung yaitu kondisi cuacanya. Kendal mempunyai cuaca yang cenderung panas. Bahkan saat di musim kemarau, cuaca panasnya bisa sangat panas. Berbeda dengan Temanggung yang memiliki hawa cenderung dingin karena terletak di kaki Gunung Perahu. Saat di musim hujan, hampir dapat dipastikan kalau sore hari sampai malam pasti akan turun hujan deras. Jadi sebutan Kota Hujan bukan untuk Bogor saja, tetapi Temanggung pun pantas mendapatkannya. Kami sendiri pernah iseng bolak-balik Temanggung, Kendal, Temanggung dalam 3 jam. Hasilnya meskipun di Temanggung sedang turun hujan lebat yang lama, di Kendal cuacanya malah sangat panas.

Tanaman Hias Menghapus Semua Perbedaan Itu

Namanya juga pindah ke daerah baru, maka saya sekeluarga pun harus melakukan proses adaptasi terhadap semua apa yang ada di sini. Proses penyesuaian diri ini penting sekali, terutama supaya bisa merasa hidup betah di Temanggung dengan segala sesuatunya yang berbeda dibandingkan di Kendal. Tentu pada awalnya kami sempat mengalami kesulitan dalam beradaptasi, khususnya berkomunikasi dengan tetangga sekitar. Selain dari dialek (bahasa daerah) yang berbeda dari bahasa Jawa yang biasa kami gunakan, cara berbicaranya pun menurut kami sangat cepat sehingga susah dimengerti atau diterjemahkan oleh otak.

Tanpa sengaja perbedaan tersebut justru pupus oleh hobi kami yang suka bercocok tanam tumbuh-tumbuhan hias. Jadi saya dan istri memang sangat suka bercocok tanam. Hobi ini pula yang kemudian mempertemukan kami berdua karena memang mempunyai minat dan kesukaan yang sama. Bagi saya pribadi, bercocok tanam bisa menjadi obat stres dan obat mata dari rutinitas kerja sehari-hari yang harus berada di depan layar komputer. Momen saat bercocok tanam inilah yang juga membuat kami bisa selalu bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk hidup di dunia.

Berhubung kami memang sangat suka dan cinta terhadap tanaman hias, maka bisa dipastikan setiap bulan pasti ada tanaman baru di rumah. Entah itu hasil membeli di toko tanaman, bertukar tanaman dengan kenalan, ataupun berburu sendiri. Jika istri lebih suka dengan tanaman berbunga atau tanaman yang punya daun indah, berbeda dengan saya yang lebih tertarik dengan tanaman buah-buahan, terutama tanaman dengan buah yang unik atau tanaman buah impor. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan kami mengapa memilih tinggal di Temanggung.

Dengan banyaknya keberadaan tanaman-tanaman di rumah serta pekarangan, tetangga sering kali menegurnya. Tak jarang pula orang lain yang merasa tertegun atau mungkin takjub ketika suatu saat ada tanaman yang memunculkan daun, bunga, atau buah yang unik dan tidak biasa. Misalnya seperti keberadaan tanaman monstera variegata, bunga tulip, maupun buah kiwi di rumah kami yang sempat menjadi perbincangan para tetangga. Sebab meskipun profesi mayoritas tetangga kami merupakan petani, tetapi kesehariannya cuma berkecimpung dengan tanaman jambu biji, jagung, tembakau, dan cabai.

Berhubung sepertinya ada banyak tetangga yang tertarik terhadap tanaman-tanaman kami yang aneh-aneh ini, maka saya dan istri pun langsung berinisiatif untuk sharing tentang tanaman-tanaman ini. Kami coba jelaskan apa tanaman tersebut dan bagaimana pula cara menanamnya. Tentunya dengan gaya dan bahasa kami yang agak berbeda. Tidak hanya itu, kami juga selalu berusaha untuk berbagi bibit tanamannya, terutama saat sudah ada anakan atau cangkokan yang siap untuk dipisahkan dari tanaman induknya. Dari sinilah keakraban itu muncul dan menghapus segala perbedaan.

Jika sebelumnya kami menganggap warga sekitar rumah itu tampak aneh, dan mungkin juga mereka pun memandang kami sekeluarga juga aneh karena perbedaan yang ada, maka lambat laun pandangan ini menjadi sirna. Tidak ada keanehan lagi berkat keakraban yang telah terjalin. Yang ada justru saling pengertian satu sama lain. Memandang bahwa setiap manusia itu merupakan individu yang unik, layaknya tanaman yang juga berbeda-beda. Namun meski berbeda satu sama lain, pada hakikatnya manusia itu sama saja. Tidak ada perbedaan yang kita miliki jika mau menanamkan sikap toleransi di dalam lubuk hati.

Ini cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT kebersamaan, toleransi, dan keberagaman kamu dengan mengikuti lomba “Indonesia Baik” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.

Sumber gambar : Pixabay.com