Paris merupakan kota yang sangat romantis. Sejauh mata memandang, nuansa citarasa seni tinggi bertebaran di berbagai sudut kota budaya ini. Patung-patung, air mancur, bangunan-bangunan bersejarah, dan penataan kota yang harmonis bersanding dengan taman-taman rakyat yang hijau semakin memancarkan aura keanggunannya.
Begitu bus yang kami tumpangi dari Brussel, Belgia memasuki peripheral (jalan lingkar luar) Paris, kemacetan lalu lintas mulai terasa. Arus commuters (orang-orang yang pulang pergi setiap hari untuk bekerja) memadati jalan-jalan itu setiap hari. Bagaimana tidak? Kota dengan penduduk lebih dari dua juta jiwa ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi, bisnis dan seni di Prancis semenjak zaman Romawi. Selama abad pertengahan dan jaman Renaissance, Paris menjadi pusat agama dan budaya di Eropa Utara.
Kota yang dibelah oleh Sungai Seine ini diremajakan kembali pada pertengahan abad ke-19, ketika daerah-daerah kumuhnya diganti dengan jalan-jalan utama yang elegan nan menyejukkan mata. Modern Paris semakin nyaman dikunjungi karena taman-taman, bangunan-bangunan tua, karya-karya seni menyatu secara harmonis dengan berbagai gedung dan fasilitas modern. Sekarang Kota Romantis ini berusaha untuk menjadi jantung dari Eropa Bersatu.
Tanpa terasa kami sudah tiba di Champs Elysee, jalan paling terkenal di Kota Paris, sekaligus surga belanja kaum shopaholic. Merek-merek terkenal seperti Chanel, Christian Dior, Gianni Versace, Hermes, Bvglary, dan Louis Vuitton membuka butik-butik yang sangat menawan. Yap, siapkan dompet Anda untuk berbelanja sepuas hati. Tapi ingat, Anda harus tetap waspada. Sebab di sini juga banyak copet yang berkeliaran mencari mangsa. Di jalan ini juga, berbagai special shops, cafe, resto bahkan pertunjukan Cabaret Lido yang terkenal itu selalu dipadati pengunjung. Sambil duduk menyeruput kopi hangat, kita bagaikan sedang menonton mode show yang modelnya adalah para Parisian sendiri.
Bonjour! Selamat pagi! Ingat film Eiffel I’m in Love yang sangat digandrungi oleh remaja kita? Nah, ketika jarum jam masih menunjuk pukul 9 pagi, kami tiba di pelataran Menara Eiffel yang fenomenal itu. Menara ini dibangun untuk Universal Exhibition tahun 1889 dan untuk memperingati ulang tahun ke-100 Revolusi Prancis. Gustav Eiffel adalah insinyur jenius yang mendesain menara setinggi 324 meter ini. Menara Eiffel tiga lantai ini terdiri dari 1.655 anak tangga dari bawah sampai ke puncak. Baja-baja menara ini disatukan oleh 2,5 juta paku keling raksasa yang sangat kuat. Menara yang beratnya 10.100 ton ini menghabiskan 50 ton cat setiap tujuh tahun.
Masih di bilangan Eiffel, Musee de I’Armee juga merupakan obyek wisata yang menarik. Inilah museum militer terlengkap di dunia yang mengoleksi berbagai artifak dari berbagai jaman, termasuk jaman batu sampai Perang Dunia Kedua. Termasuk di dalamnya berbagai koleksi senjata dari China, Jepang, dan India. Tak seberapa jauh dari Eiffel, kita dapat pula menyaksikan Monumen Api Emas yang terletak dekat sebuah jalan terowongan. Monumen itu dibangun untuk mengenang peristiwa kecelakaan tragis yang menimpa Lady Diana dan kekasihnya Doddy Al Fayed. Pada hari-hari tertentu, banyak orang meletakkan karangan bunga di monumen tersebut.
Setelah itu, kita dapat mengunjungi Hotel des Invalides. Asal tahu saja, istilah hotel dalam bahasa Prancis bisa berarti bangunan besar. Bangunan ini didirikan oleh Raja Louis XIV pada tahun 1671 untuk menjadi rumah penampungan veteran perang. Dahulu, hampir 6000 tentara tinggal di sini. Sekarang hanya kurang dari 100 orang saja yang masih bertahan. Napoleon Bonaparte, jenderal brilian yang menjadi Kaisar Prancis itu, dimakamkan di bangunan ini. Tepatnya d kubah yang berwarna emas terang. Selepas makan siang di sebuah restoran Prancis di pusat kota, kami menuju ke Ile de la Cite. Pulau berbentuk kapal yang terletak di Sungai Seine yang membelah Paris ini kami capai dengan kapal tour yang menyusuri sepanjang sungai Seine. Sepanjang kiri dan kanan sungai, terlihat Crypte Archeologique yang letaknya di depan Gereja Notre-Dame yang dibuat versi film kartunnya oleh Disney. Sisi lain dari Eiffel dari berbagai bersejarah juga nampak memesona dilihat dari sungai ini. Di bagian ujung barat pulau ini, Pont Neuf (1578), jembatan tertua di Paris membentang dengan megah.
Para wisatawan juga dapat menyusuri kota bersejarah ini dengan bus tingkat beratap terbuka. Bus itu juga akan membawa kita berkeliling melewati Musee du Louvre yang sangat terkenal karena menyimpan lukisan Monalisa mahakarya Leonardo da Vinci yang kontroversial itu. Piramid kaca modern yang menghias bagian depan museum ini seolah menetralisir citra museum yang kaku. Piramid ini didesain oleh arsitek I. M Pei. Dibuka tahun 1989.
Setelah kemenangan yang terbesar di Austerlitz tahun 1805, Napoleon menjanjikan kepada anak buahnya bahwa mereka akan kembali ke Paris dengan melewati Gerbang Lengkung (Arch). Kemenangan yang megah. Monumen yang tingginya 50 m ini diselesaikan pembangunannya pada tahun 1836. Tembok-tembok monumen ini diukir dengan banyak relief dan patung yang menggambarkan pertempuran Napoleon di Astrerlitz dan Aboukir. Sementara itu, tembok bagian dalamnya dipahat nama-nama pahlawan yang gugur dalam perjuangan membela Prancis.
Yang luar biasanya lagi, Arc de Triomphe ini terletak pas di tengah-tengah 12 jalan utama yang membelah ibukota Prancis ini, salah satunya Champ Elysse. Menjelang sore, kami meninggalkan Arc de Triomph dengan menggunakan metro, kereta subway menuju lapangan Place de la Concorde, sebuah lapangan bersejarah yang luasnya 8 hektare. Di tempat inilah, tanggal 21 Januari 1793, Raja Louis XVI, Marie Antoinette dan 1300 tahanan lain di Guillotine. Di sisi lain, kemegahan lapangan ini bertambah dengan dipersembahkannya sebuah tugu obelisk Luxor oleh seorang raja muda Mesir kepada Raja Louis Phillipe. Dua air mancur dan delapan patung yang melambangkan kota-kota Prancis juga menghiasi lapangan itu dengan angkuhnya.
Dua hari di Paris rasanya belum cukup puas menikmati romantic city ini. Suasana cinta nan romantis dapat dilihat di berbagai sudut kota. Pasangan-pasangan muda sampai lanjut usia pun tak segan-segan merajut kasih di tengah-tengah aktivitas kota yang sibuk ini.